
Limbah biomassa yang sulit terurai seperti cocopeat dan sekam umumnya digunakan sebagai media tanam, baik dalam praktik budidaya secara hidroponik maupun secara konvensional. Pemanfaatan limbah biomassa tersebut sebagai media tanam bukan tanpa alasan, melainkan karena baik sekam maupun cocopeat memiliki sifat yang dibutuhkan oleh media tanam. Sekam bakar vs cocopeat, mana yang lebih baik hanya dapat diketahui apabila Anda telah benar-benar mengerti tentang karakteristik dan sifat kedua bahan tersebut.
Sekam adalah kulit biji padi yang bersifat keras dan kaku karena mengandung banyak kalsium. Oleh karena itulah limbah biomassa ini kerap dijadikan sebagai campuran dalam pembuatan kompos untuk menambah unsur hara kalsium. Selain sekam, cocopeat juga termasuk limbah biomassa yang kerap dijadikan sebagai media tanam. Bahan yang terbuat dari limbah sabut kelapa ini dulunya biasa dikeringkan kemudian digunakan sebagai bahan bakar pengganti kayu dalam budaya tradisional.
Dengan perkembangan zaman serta banyaknya permintaan akan limbah kelapa, sabut kelapa kini mulai dihancurkan dan diolah menjadi cocopeat (bagian yang halus) dan cocofibre (bagian serat yang panjang dan kasar). Bagian-bagian inilah yang kemudian dipasarkan dan diekspor ke luar negeri untuk memenuhi kebutuhan industri, yaitu untuk membuat jok mobil, jok pesawat, karpet, bahkan spring bed.
Sebagai bahan pembuatan spring bed, cocopeat umumnya dicampur dengan lateks untuk menghasilkan produk spring bed yang berkualitas tinggi. Produk ini sudah elastis dan empuk sehingga spring bed tidak perlu diberi pegas lagi.
Kelebihan dan Kekurangan Sekam Bakar vs Cocopeat, Mana yang Lebih Baik
Di luar negeri, penggunaan cocopeat memang untuk keperluan industri. Namun di dalam negeri, cocopeat lebih dikenal sebagai media tanam. Baik sebagai media tanam hidroponik maupun sekadar campuran tanah untuk memperbaiki sifat fisik media tanam. Selain cocopeat, ada juga bahan lain yang kerap dijadikan sebagai media tanam, yaitu sekam bakar. Sekam bakar vs cocopeat, mana yang lebih baik dapat ditentukan dengan melihat kelebihan dan kekurangan masing-masing bahan tersebut.
Cocopeat adalah bagian halus dari sabut kelapa, termasuk bagian yang seperti spons. Oleh karena itulah bahan ini memiliki karakteritik khas, yaitu kemampuan menyerap dan menahan air yang tinggi. Sebagai media tanam, cocopeat cukup baik karena air yang disimpan tersebut dapat membuat tanaman tidak mudah layu karena kurang air. Namun, cocopeat juga memiliki kekurangan, yaitu kemampuan aerasinya kurang. Aerasi adalah sifat media tanam yang memungkinkan udara dapat bergerak dengan bebas di dalam pori-pori media. Pada cocopeat, sebagian besar pori-porinya telah terisi air karena kemampuan penyerapan airnya yang tinggi. Akibatnya, ruang yang tersedia untuk udara pun hanya sedikit sehingga membuat perakaran tanaman tidak dapat bernapas dengan maksimal.
Sementara itu, sekam bakar tidak memiliki kemampuan menyerap air sebaik cocopeat. Ini karena sekam bakar tidak memiliki bagian seperti spons yang dimiliki oleh cocopeat. Akibatnya, media sekam bakar cenderung lebih cepat kering dibanding cocopeat. Atas alasan inilah penggunaan sekam bakar biasanya dicampur dengan media lain misalnya tanah, kompos, atau pupuk kandang. Meski begitu, sekam bakar memiliki kemampuan aerasi yang lebih baik dibanding cocopeat. Berdasarkan kelebihan dan kekurangan kedua bahan di atas, tidak dapat ditarik kesimpulan sekam bakar vs cocopeat, mana yang lebih baik. Pasalnya, baik sekam bakar maupun cocopeat memiliki kelebihan yang dapat menutupi kekurangan masing-masing.
Jika anda masih membutuhkan informasi lebih lanjut terkait dengan coco peat, coco fiber dan produk turunan kelapa lainnya, silahkan klik link Whatsapp berikut untuk langsung terkoneksi dengan kami: (Fajar Stevano) atau email: info@indonesiacocopeat.com
Recent Comments